BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI AUDIT KECURANGAN
Menurut Amin W. Tunggal (2003:301) apabila suatu kesalahan adalah disengaja (intentional), maka kecurangan tersebut merupakan kecurangan (fraudulent). Fraud Auditing hendaknya disebut dengan istilah Audit atas Kecurangan, yang dapat didefinisikan sebagai Audit Khusus yang dimaksudkan untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya penyimpangan atau kecurangan atas transaksi keuangan. Jadi Audit khusus yang bertujuan mengungkapkan kecurangan adalah Audit Khusus Atas Kecurangan.
2. PENYEBAB TERJADINYA KECURANGAN
Menurut J. S. R. Venables dan K. W Impey (1988:424) mengemukakan kecurangan terjadi karena:
A. Penyebab Utama
· Penyembunyian (concealment)
· Kesempatan/peluang (opportunity)
· Motivasi (motivation)
· Daya tarik (attraction)
· Keberhasilan (succes)
· Keserahan (greed)
· Kebutuhan (need)
· Pengungkapan (exposure)
B. Penyebab Sekunder
· A perk
· Hubungan antara pemberi kerja dan pekerja jelek
· Balas dendam (revenge)
· Tantangan (challenge)
· Moral
Sedangkan faktor lain atau sebagai tambahan, dapat pula terjadi karena ada gejala-gejala dari pihak manajemen atau karyawan, antara lain:
A. Gejala Kecurangan Manajemen
· Departemen akuntansi kekurangan staff
· Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak konsumen, pemasok atau badan otoritas
· Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
· Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningkat
· Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama
· Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
· Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku
B. Gejala Kecurangan Karyawan
· Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa perincian/penjelasan pendukung
· Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
· Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
· Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran
· Kekurangan barang yang diterima
· Kemahalan harga barang yang dibeli
· Faktur ganda dan penggantian mutu barang
3. TANDA PERINGATAN UNTUK KECURANGAN
Di bawah ini daftar yang disusun oleh AICPA (American of Institute Certified Public Accountants) tahun 1979 mengenai kondisi atau kejadian yang menandai kecurangan, dapat dibaca pada buku Tunggal, Amin W. 2003. Audit Manajemen Kontemporer. Jakarta: Haravindo. Hal.: 308 – 310.
4. AREA YANG SENSITIF
Ada 6 bidang yang beresiko tinggi terkena fraud
1. Purchasing and Payroll
Fraud dalam purchasing biasanya dilakukan dengan cara:
- ”Kickback” atau suap diberikan kepada pihak yang mengurus pembelian sebagai imbalan atas diberikannya kontrak kepada supplier.
- “Invoice palsu” yang dibuat sendiri oleh pihak yang mengurus pembelian, kemudian ditagihkan ke perusahaan dan dibayar.
- “Manipulasi data supplier” misalnya nomor rekening pembayaran ke supplier diubah ke rekening orang lain. Sementara fraud dalam payroll misalnya jam overtime yang berlebih.
2. Sales and inventory
Fraud dalam jenis ini misalnya:
§ Pencurian inventory baik yang sedang disimpan atau dalam pengiriman
§ Transaksi penjualan dengan sengaja tidak dicatat atau dikurangi pencatatannya dan uang yang diterima atas penjualan tersebut masuk ke kantong pribadi
§ Mengurangi atau menghapuskan jumlah utang konsumen atas barang yang sudah dijual secara kredit
§ Mencatat transaksi penjualan palsu untuk mendapatkan komisi atau bonus terkait dengan penjualan
§ Memberikan diskon berlebihan kepada konsumen (biasanya dengan imbalan kickback’)
3. Cash and check
Kas merupakan aset yang paling sensitif terhadap fraud karena nature-nya yang kelihatan secara fisik dan relatif lebih mudah dipindahtangankan dibandingkan aset perusahaan yang lain. Fraud atas cek biasanya terjadi ketika terdapat kelemahan dalam proses bank reconciliation dan tidak ada segregation of duties.
4. Physical security
Kelemahan dalam physical security dapat menimbulkan asset misapropriation.
5. Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan Kerahasiaan Iinformasi
Ini terkait dengan fraud dalam pembajakan dan pencurian informasi penting milik perusahaan.
6. Information Technology
IT fraud meliputi hacking, mail-bombing, spamming, domain name hijacking, server takeovers, denial of service, internet money laundering, electronic eavesdropping, electronic vandalism and terrorrism.
Pemeriksa intern harus menyadari iklim organisasi secara menyeluruh dan potensial untuk kecurangan. Khusunya harus waspada pada area yang sensitif untuk ditelaah lebih dalam. Beberapa contoh berikut mengungkap ketidakberesan, dapat dibaca pada buku Tunggal, Amin W. 2003. Audit Manajemen Kontemporer. Jakarta: Haravindo. Hal.: 305 – 308.
5. KARAKTERISTIK PRIBADI
Kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan kondisi/keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang. Karakterikstik yang bersifat kondisi/situasi tertentu, perilaku/kondisi seseorang personal tersebut dinamakan Red Flag (Fraud Indicators). Meskipun timbulnya Red Flag tersebut tidak selalu merupakan indikasi adanya kecurangan, namun Red Flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan yang terjadi. Pemahaman dan analisis lebih lanjut terhadap Red Flag tersebut dapat membantu langkah selanjutnya untuk memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan. Berikut adalah tanda peringatan dini dari perilaku pribadi:
· Hutang pribadi atau kerugian uang yang besar
·
· Perjudian yang ekstensif
· Investasi yang besar
· Pemakaian alkohol atai obat keras yang berlebihan
· Masalah keluarga atau keluarga yang siqnifikan
· Hubungan dekat dengan pelanggaran
· Dll
6. PRAKTEK KECURANGAN YANG UMUM
- Tidak mencacat pendapatan
- Meyembunyikan tagihan piutang
- Pencurian material
- Pengalihan sekuritas/surat berharga
- Menambah gaji (padding payroll)
- Penyalahgunaan kartu kredit
- Pemalsuan dokumen pengeluaran, dll
7. KECURANGAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERN
Tanggung jawab auditor intrn dalam area pengendalian kecurangan dalam prinsip dapat dikatakan sebagai berikut:
- Dalam penelaahan sistem untuk membantu menilai sejauh mana pencegahan dan penemuan kecurangan diberikan pertimbangan yang wajar bersama dengan tujuan operasioanl yang lain.
- Berjaga-jaga terhadap kemungkinan kecurangan dalam penelaahan aktivitas operasi yang dilakukan oleh personil organisasional termasuk penilaian konstruktif tentang kemampuan manajerial.
- Membantu dan bekerja sama dengan personil organisasional dan pihak lain yang telah diberikan tanggung jawab berkaitan dengan penyelidikan dari kecurangan aktual atau dicurigai.
- Melaksanakan penugasan khusus yang berhubungan dengan kecurangan apabila diminta oleh anggota organisasi yang bertanggung jawab.
Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh suatu organisasi/perusahaan apabila terdapat indikasi kecurangan dan langkah-langkah di atas juga dapat digunakan oleh auditor untuk mendeteksi adanya kecurangan, namun disesuaikan dengan kondisi yang ada. Misalnya, auditor memperoleh suatu surat pengaduan dengan identitas yang tidak jelas namun indikasi kecurangan cukup kuat. Dalam hal ini, auditor boleh jadi tetap melakukan audit kecurangan tanpa harus melakukan klarifikasi atas identitas pelapor, yaitu:
- Uji sumber pengaduan (misal: cek identitas, kredibilitas, kemampuan mengetahui kecurangan tersebut, dan keandalan dari si pelapor/pengadu)
- Tentukan apakah pelapor mengetahui informasi dari tangan pertama (secara pribadi mengetahui terjadinya kecurangan) atau dari pihak lain
- Tentukan apa motif dari pelapor (balas dendam, cemburu, jengkel, uang)
- Waspada, apabila pelapor meminta uang sebelum memberi penjelasan lebih jauh (jangan memberikan uang sebelum informasi yang akurat diberikan dan dikonfirmasi dengan saksi yang dapat dipercaya dan dengan dokumen)
- Uji lebih jauh dugaan kecurangan tersebut dengan sumber independen dan dokumen
- Jangan mengambil tindakan disiplin tanpa catatan lengkap mengenai tuduhan kecurangan, termasuk identitas pelapor dan keterangan tertulisnya (keterangan lisan tidak cukup)
- Konfirmasi tuduhan tersebut melalui dokumen dan pengakuan/testimony (tertulis dan berkaitan dengan) saksi-saksi lain yang mengetahuinya
- Lakukan pendekatan dengan pemasok atau pihak-pihak lain yang diduga terlibat untuk memperoleh jawaban dan kerjasama mereka
- Lakukan interview terhadap karyawan yang diduga terlibat untuk mengetahui versinya mengenai dugaan kecurangan tersebut (misalnya, apakah pemasok yang mengajukan penawaran atau karyawan yang menetapkan harga dari pemasok)
BAB III
KESIMPULAN
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan senantiasa menghadapi berbagai resiko yang dinamakan resiko bisnis (bussiness risk). Termasuk diantaranya adalah resiko terjadinya kecurangan (fraud) yang tergolong dalam resiko integritas (Integrity Risk). Menurut ACFE, kecurangan yang terjadi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori kecurangan, kecurangan laporan keuangan (Financial Statement Fraud), penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation), dan korupsi (Corruption). Tanda-tanda awal (symptoms) biasanya muncul dalam kasus kecurangan, walau demikian munculnya symptoms tersebut belum berarti telah terjadi kecurangan. Symptoms ini dikenal dengan nama Red flag, yang seyogyanya dipahami dan digunakan oleh internal auditor dalam melakukan analisis dan evaluasi lebih lanjut untuk mendeteksi adanya kecurangan yang mungkin timbul sebelum dialakuakan investigasi.
Setelah memahami jenis-jenis kecurangan, internal auditor perlu memahami secara tepat struktur pengendalian intern yang baik agar dapat melakukan upaya-upaya untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. Menurut COSO, struktur pengendalian intern terdiri atas lima komponen, yaitu Lingkungan Pengendalian (Control Environment), Penaksiran Risiko (Risk Assessment), Standar Pengedalian (Control Activities), Informasi Dan Komunikasi (Information And Communication), serta Pemantauan (Monitoring). Jika struktur internal control sudah ditempatkan dan berjalan dengan baik, peluang adanya kecurangan yang tak terdeteksi akan banyak berkurang. Pemeriksa kecurangan harus mengenal dan memahami dengan baik setiap elemen dalam struktur pengendalian intern agar dapat melakukan evaluasi dan mencari kelemahannya.
No comments:
Post a Comment